Keberadaan enggang di alam sepenuhnya bergantung pada kondisi hutan. Karena semua jenis enggang di Asia, bersarang di lubang pohon yang terbentuk secara alami; bekas patahan pohon dan sisa lubang satwa lain yang kemudian disusul proses pelapukan.
Biasanya, enggang memilih pohon berdiameter ≥ 45 cm dan mencari lubang yang berada di ketinggian 20-50 meter di atas permukaan tanah. Namun, ada beberapa jenis yang mempunyai syarat khusus. Seperti Rangkong Gading yang membutuhkan bonggol atau dahan besar di dekat lubang sarang, sebagai pijakan saat memasukkan makanan ke dalam sarang.
Akibat tingkat kerusakan pohon dan lubang yang tinggi, jumlah pohon yang sesuai untuk bersarang menjadi terbatas. Sehingga sebuah lubang sarang yang ideal akan digunakan berkali-kali, baik oleh spesies enggang yang sama maupun berbeda. Kondisi ini menyebabkan tingginya kompetisi bersarang serta mempengaruhi siklus berbiak. Tetapi siklus berbiak juga dipengaruhi oleh faktor musim, cuaca dan ketersediaan pakan. Misalnya di Sulawesi, enggang memulai proses berbiak di penghujung musim hujan.
Saat mengerami telur, enggang betina akan mengurung diri di dalam lubang sarang; lubang ditutup dengan tanah, lumpur atau sisa makanan dan kotoran, untuk melindungi telur dari predator dan ancaman di luar sarang. Dari lubang yang ditutup, hanya menyisakan lubang kecil yang berfungsi untuk mengambil makanan yang diantarkan oleh pasangan atau anggota kelompoknya, serta membuang kotoran.
Kemudian, enggang betina menggugurkan bulu yang difungsikan sebagai penghangat telur. Beberapa jenis enggang akan melakukan pergantian bulu (moulting) pada masa awal mengerami telur, kemudian akan tumbuh kembali pada saat keluar dari sarang.
Masa pengeraman telur setiap jenis enggang bervariasi. Untuk jenis yang berukuran kecil, waktu pengeraman 25 hari, sedangkan yang berukuran besar bisa mencapai 150 hari. Contohnya, Julang Emas memiliki masa pengeraman selama 40 hari, sedangkan Rangkong Cula 37-46 hari dan Rangkong Gading memiliki masa berbiak terpanjang; 150 hari. Periode perkembangbiakan dapat dipengaruhi oleh perbedaan wilayah.
Proses bersarang enggang mempunyai lima tahapan. Berdasarkan Poonswad (1993) terdapat lima tahapan :