Pakan

Dalam memenuhi nutrisi, Rangkong di Asia 99% makan buah-buahan atau bersifat frugivora, namun saat musim berbiak atau sumber buah sedikit cenderung memakan binatang lain atau bersifat omnivora. Sedangkan Rangkong di Afrika cenderung mengandalkan makanannya dari serangga.

Jenis kelamin, usia burung, musim berbiak dan kondisi lingkungan menentukan seberapa banyak makanan yang dikonsumsi. Paruh Rangkong yang besar dan bengkok adalah hasil adaptasi dari jenis makanannya.

Buah-buahan yang menjadi sumber pakan; yang biasa diambil di pohon dan bukan di tanah,  dikelompokkan dalam tiga jenis: drupaceus (buah berdaging) yang banyak mengandung lemak, husked (buah berkulit keras) dan fig (ficus) yang banyak mengandung air, karbohidrat, protein, dan kalsium. Selain itu, jenis buah bergetah juga dikonsumsi pada masa berbiak sebagai material penutup sarang.

Sedangkan, sumber pakan lain: serangga, reptil, kepiting, mamalia kecil dan burung kecil,  berguna untuk membantu pertumbuhan badan dan perkembangan fisiologi; terutama saat pembentukan telur.

Ada beberapa cara yang dilakukan oleh Rangkong dalam mengambil makanannya, yaitu mengungkit (levering), menggali (digging), mengejar (chasing), menyambar (swooping), memungut (plucking), dan berburu (hawking). Sebelum makanan ditelan, Rangkong akan memperlakukan makanannya dengan cara menghancurkan (crushing), melumatkan (softening), membawa (carrying), dan menelan (swallowing). Cara ini bisa dilakukan berbarengan, disesuaikan dengan jenis makanannya.

Saat makan buah, umumnya Rangkong mempunyai dua cara memperlakukan makanannya. Pertama, dengan cara memasukan dan melumat buah di dalam paruh, lalu mengeluarkan bijinya setelah bagian yang lainnya ditelan. Cara kedua, adalah memasukan buah (yang umumnya berbiji halus) melalui paruh ke kerongkongan, masuk ke saluran pencernaan di dalam tubuh, kemudian bijinya akan dikeluarkan bersamaan dengan kotoran.

Aktivitas makan Rangkong di pagi hari dengan frekuensi tinggi, kemudian menurun pada siang hari dan akan meningkat kembali pada sore hari atau disebut juga aktivitas bimodal. Frekuensi ini diduga dipengaruhi oleh suhu sekitar dan perubahan intensitas cahaya matahari.