Pemilik nama lain Wrinkled hornbill ini masuk dalam kategori Endangered (EN) menurut IUCN dan Appendix II oleh CITES; spesies yang mungkin terancam punah jika perdagangan terus berlanjut. Julang jambul hitam juga merupakan satwa yang dilindungi menurut PermenLHK No. 20 Tahun 2018.
Panjang tubuh julang jambul hitam berukuran 65-81 cm dengan berat tubuh mencapai 1.273-1.590 gr dan panjang sayap 37-42 cm. Jantan memiliki ciri khas berupa bulu leher putih atau kuning keemasan. Terdapat warna putih mendekati kulit sekitar mata. Kantung gular putih kotor. Mahkota berwarna hitam sampai kepala bagian depan dan tanduk berupa garis. Paruh atas merah bergradasi ke kuning, paruh bawah merah bergradasi kecoklatan dengan guratan nyata sampai mendekati ujung paruh. Tanduk merah pipih, ketebalan sekitar 10-15% dari paruh atas, bagian depan berkerut, panjang tanduk bisa mencapai 50-65% dari panjang paruh.
Sedangkan sang betina memiliki bulu leher hitam dengan kantung gular biru yang menyatu dengan kulit lingkar mata. Paruhnya berwarna kuning dan terdapat guratan pada pangkal paruh bagian bawah. Tanduk pipih berwarna kuning yang ukurannya lebih kecil dari jantan dan tidak berkerut.
Komposisi pakan julang jambul hitam terdiri dari 75% buah dan 25% binatang kecil. Buah-buahan dengan kandungan lemak adalah kesukaannya. Contohnya, buah dari famili Myristicaceae, Lauraceae, dan Burseraceae. Burung ini juga mengkonsumsi hewan jika ketersediaan buah tidak terlalu berlimpah. Jika dibandingkan dengan spesies enggang lainnya, julang jambul hitam tidak terlalu banyak mengonsumsi buah Ficus.
Saat musim berbiak, betina akan dikurung di dalam lubang sarang yang ditutup dengan campuran kotoran, tanah dan lumpur. Julang jambul hitam membutuhkan 125 hari untuk berbiak. Ketika menetas; kurang lebih berumur 10 hari, kulit anak burung berwarna merah muda dan mulai bisa membuka mata ketika berumur 19 hari.
Jantan akan membantu memecahkan dinding sarang dan betina pun akan keluar sarang. Setelah menetas, anak burung akan lebih sering diberikan makanan hewan-hewan kecil oleh induknya; burung jantan, dengan dibantu oleh burung betina.
Hilangnya tutupan hutan akibat pembalakan liar dan alih fungsi hutan di Sumatera dan Kalimantan, menjadi ancaman serius. Selain itu, asap akibat kebakaran hutan juga ikut menekan populasi julang jambul hitam di alam karena ia tidak menyukai habitat yang telah dirusak.
Julang jambul hitam adalah burung yang sangat suka berpindah-pindah tempat.
Jenis ini juga biasa disebut Tantunguk (Suku Dayak Bekumpai Hulu, Bainah dan Dayak Meratus).