Enggang Gading, Si Burung Besar Maskot Kalimantan Barat
10 August 2020

Enggang gading (Rhinoplax vigil) merupakan salah satu spesies yang mudah dikenali dari bentuk tubuhnya yang besar dan suara ‘calling’-nya yang bisa menggema ke penjuru hutan. Dengan postur tubuh yang besar, bulu ekor yang panjang menjuntai, bulu mata yang lentik, bentang sayap yang lebar, tampilan kepala yang unik membuat enggang gading terkesan sebagai burung purba. Enggang gading sudah lama mendiami hutan-hutan primer di Kalimantan Barat. 

Enggang gading maskot Kalimantan Barat.

Enggang gading maskot Kalimantan Barat. (Rangkongid/Aryf Rahman)

Menurut kehidupan Suku Dayak, enggang gading memiliki nilai-nilai yang bisa menjadi teladan dalam berkehidupan. Beberapa filosofi  yang dimiliki kemudian dijabarkan oleh salah seorang penggagas maskot Kalimantan Barat, Budi Suriansyah, diantaranya:

  1. Enggang Gading hanya hinggap di tempat tinggi seperti pohon tertinggi yang ada di ujung bukit, yang diartikan sebagai sifat keluhuran dan berjiwa kepemimpinan
  2. Enggang gading hanya setia pada satu pasangan melambangkan sifat loyal dan tanggung jawab
  3. Suara Caling Enggang Gading melengking keras melambangkan ketegasan, keberanian dan berbudi luhur
  4. Bentang sayap Enggang Gading yang lebar melambangkan sifat menaungi, memiliki kekuasaan dan kekuatan
  5. Ekor Enggang Gading yang panjang dan menjuntai melambangkan kemakmuran
  6. Enggang Gading tidak mencari makan di tanah melambang kan kesucian dan tidak serakah

Alasan inilah yang membuat spesies ini dipilih menjadi maskot Kalimantan Barat. Penetapannya didasarkan pada:

  1. SK Mendagri No. 48 tahun 1989 tanggal 1 September tentang pedoman penetapan identitas flora dan fauna daerah
  2. Surat Edaran Dirjen Bangda Depdagri No. 660.1 / 2586 / Bangda tanggal 1 November 1989 tentang identitas flora & fauna daerah
  3. Surat Edaran Mendagri No. 522.5 / 1458 / SJ tanggal 2 Juni 1990 tentang penetapan identifikasi flora dan fauna daerah
  4. Keputusan Gubernur KDH Kalbar No 257 Tahun 1990 tanggal 6 Juli 1990 tentang penetapan identitas flora & fauna daerah Kalbar

Meski telah ditetapkan sebagai maskot Kalimantan Barat sejak tahun 1990, masih banyak masyarakat yang tidak familiar dengan enggang gading. Berdasarkan hasil survei persepsi yang kami lakukan dari tahun 2018-2020 dari 513 responden sebanyak 86% responden tidak mengetahui enggang gading sebagai maskot Kalimantan Barat dan bahkan sering tertukar dengan enggang cula. Mengapa bisa terjadi?

Beberapa dugaan muncul salah satunya karena enggang cula dianggap lebih menawan. Berbeda dengan enggang gading, enggang cula tampak cantik karena bentuk balungnya yang lentik dan lebih menarik. Enggang cula juga lebih sering digunakan sebagai pelengkap dekoratif dalam pakaian adat dan ritual adat ketimbang enggang gading.  Bahkan Suku Dayak Iban memiliki Ritual Kenyalang atau Ritual enggang cula yang merupakan ritual terbesar bagi Suku Dayak Iban. 

Sementara Suku Dayak Tamambalo menjadikan enggang cula sebagai penanda akan terjadi hal baik ataupun hal buruk berdasarkan arah terbangnya.

Enggang cula sebagai ornamen bangunan.

Enggang cula sebagai ornamen bangunan di Kalimantan Barat. (Rangkongid/Hardiyanti)

Ditambah enggang cula mendiami hutan sekunder yang jaraknya lebih dekat dengan tempat tinggal masyarakat sehingga mudah dijumpai, dibandingkan enggang gading yang habitatnya berada di hutan primer. Artinya, lokasinya sulit dijangkau oleh manusia. Sehingga masyarakat lebih familiar dengan enggang cula daripada enggang gading. Terbukti ketika ada perayaan-perayaan pembangunan daerah Kalimantan Barat, enggang cula lebih sering ditampilkan daripada enggang gading.

Di tengah kondisi ini, upaya untuk memperkenalkan enggang gading kepada masyarakat telah dilakukan lebih dari dua dekade yang lalu. Bapak Abdul Halim Ramli, ilustrator maskot Kalimantan Barat, telah bergerak untuk memperkenalkan enggang gading sebagai maskot Kalimantan Barat diantaranya dengan membuat pameran seni rupa di Taman Budaya Pontianak pada awal Februari 1993. Pameran ini juga diresmikan oleh Bapak Aspar Aswin, Gubernur Kalimantan Barat kala itu. Beliau juga menciptakan syair yang dijadikan sebagai lagu balada yang pernah dilagukan pada kegiatan di Taman Budaya Pontianak.

Upaya memperkenalkan maskot Kalbar tidak berhenti disitu. Jepit dasi berbentuk enggang gading yang terbuat dari emas bermata intan diserahkan oleh Pemda TK 1 Kalbar kepada Gubernur Kalimantan Barat, Bapak Soedjiman ketika beliau purna bakti.

Foto, lukisan maupun Maskot Kalbar juga dimuat pada cover depan buku Atlas Kalimantan Barat yang telah diterbitkan oleh Pemda Tingkat I Kalbar pada bulan Juni 1993. Buku ini lalu disebarkan hampir ke seluruh SDN di Kalbar. Jika digali lebih jauh, bahkan ada lagu “Enggang Gading dan Tengkawang Tungkul” yang dikenalkan kala itu dengan syair ciptaan Bapak Paul Putra. Lagu ini telah disebarkan di Pontianak dibawah label HB Production. 

Seiring berjalannya waktu, ada pergeseran pengetahuan. Sebab sampai saat ini masyarakat masih banyak yang belum mengetahui maskot daerahnya sendiri. Artinya kita masih memiliki tugas untuk berbagi informasi dan terus menyadarkan masyarakat bahwa maskot Kalimantan Barat bukanlah enggang cula, tapi enggang gading. Dengan lebih banyak yang mengetahui, diharapkan kebanggaan dan rasa memiliki masyarakat akan spesies yang saat ini populasinya kritis akan semakin meningkat. 

Penulis: Hardiyanti
Editor: Mutiara Imanda Yusuf