Perjalanan Nanga Keduai
12 March 2020

Hutan Dusun Nanga Keduai, Desa Parang, Putussibau, menjadi salah satu lokasi penelitian enggang oleh Tim Rangkong Indonesia. Banyak hal menarik yang kami temukan di Hutan Dusun Nanga Keduai terutama yang berkaitan erat dengan nilai luhur serta kearifan lokal.

Pemuda desa membantu keperluan survei.

Memasuki hutan Dusun Nanga Keduai, kami ditemani oleh sembilan pemuda yang bertugas untuk keperluan logistik juga akan membantu kami selama survei. Ternyata sebagian besar mereka tidak pernah masuk hutan. Ini menjadi pengalaman pertama mereka mengenal isi hutan di kampungnya sendiri.

Ekosistem hutan di Dusun Nanga Keduai berupa hutan kerangas bergambut, tidak banyak pohon besar dan pohon beringin di hutan kerangas. Namun, tanaman kantong semar (Nephentes) sangat berlimpah disana. Hanya sedikit satwa menarik yang jumpai. Salah satunya adalah Kelampiau yang sudah berisik sejak jam 4 pagi dan menjadi alarm bagi kami para peneliti.

Sesampainya di hutan, kesembilan pemuda yang bersama kami langsung bergegas membuat pondokan dengan kayu-kayu. Pondokan yang dibangun adalah pondokan panggung dengan tempat tidur berbentuk tandu yang alasnya terbuat dari karung. Pemuda yang menemani kami sangat rajin dan cekatan. Mereka membuatkan rak piring, rak sepatu, rak tempat menyimpan logistik, bahkan tempat perempuan berganti pakaian. Ini adalah pondokan termewah kami selama sepuluh hari melakukan survei di Nanga Keduai. Bahkan, untuk memasak mereka juga mengumpulkan kayu kering. Semua tersedia membuat kami menjadi lebih nyaman.

Para pemuda bercerita tentang kearifan lokal dan norma yang harus ditaati saat memasuki hutan. Mereka berkata ketika kami masuk hutan, kami harus mengoleskan lumut ke wajah atau kulit. Hal ini dilakukan agar kami memiliki bau seperti lumut sehingga tidak ada makhluk halus yang mengganggu selama proses penelitian.

Menempelkan daun untuk menghalau gangguan hantu.dari

Saat hujan panas (konfirmasi), warga Nanga Keduai mempercayai hantu-hantu keluar dari hutan untuk berburu. Kita dianjurkan untuk menyelipkan daun di telinga atau sela-sela topi supaya kita dilihat sebagai manusia. Tanpa menyelipkan daun, hantu-hantu akan menganggap kami sebagai hewan buruan bahkan bisa dijadikan target buruan.

Di dalam hutan, kami menemukan tumbuhan-tumbuhan unik. Sebagian besar merupakan keluarga kantong semar atau Nepenthaceae. Ada beberapa spesies yang kami temukan disana, diantaranya adalah Nepenthes rafflesiana, Nepenthes hirsuta, Nepenthes ampullaria, Nepenthes albomarginata. Kantong semar memang umum dijumpai di daerah dataran tinggi yang miskin unsur hara, terutama nitrogen seperti tanah gambut, tanah kapur dan rawa.

Kantong semar yang ditemukan di hutan Dusun Nanga Raun

Setelah melakukan ekspedisi ternyata ternyata hutan ini bukanlah habitat untuk enggang karena ketersediaan pohon pakan dan pohon sarang yang amat sedikit.

Ketika tiba saatnya kami keluar dari hutan, suara motor yang melintas di jalan asing terdengar. Saat melintas depan SMP, murid-murid bersorak saat melihat kami melintas dengan tampilan lusuh dengan beban bawaan yang banyak. Bahkan, warga yang tinggal di tepi jalan sangat berkesan melihat kedatangan kami dan mengadakan acara makan bersama sebelum berpisah.

 

Penulis: Hardiyanti
Editor: Mutiara Imanda Yusuf & Elsia Starina Yuanti